LIFE

28 November 2023

Monster Gurita Mulayana Mogus Tampil Merona Pink dalam Pameran Kolaborasi RiaMiranda


Monster Gurita Mulayana Mogus Tampil Merona Pink dalam Pameran Kolaborasi RiaMiranda

"Sacred Symbiosis" (2023), Mulyana Mogus/photo Doc. Mulyana Mogus; text by Indah Ariani

Mulayana menyadari kolaborasi merupakan cara yang asyik untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan, baik artistik maupun pemikiran. Pada Oktober 2022, Mulyana dan Ria Miranda menggelar Seanergy pameran kolaborasi yang menandai peluncuran koleksi baru jenama fesyen yang didirikan oleh perempuan bernama lengkap Indria Miranda pada 2009 silam, di D Gallerie Jakarta Selatan. Dikuratori oleh Nala Nandana, gagasan “sinergi” hadir sebagai hasil dari proses interaksi untuk sebuah harmonisasi. Mulyana dan Ria Miranda merespon karya masing-masing tanpa mengubah kecenderungan artistik yang selama ini mereka usung. Biota laut sebagai ruang hidup Mogus yang penuh warna, dihadirkan selaras busana- busana RiaMiranda yang feminin dan bersahaja. Kerumitan jalinan benang pada karya-karya Mulyana, menjadi padanan yang menarik saat disandingkan dengan karya-karya RiaMiranda yang berpotongan bersih. Gagasan tentang ketekunan dalam praktik karya keduanya, terasa amat kuat.

Costume (2023), Mulyana Mogus.

Bagaimana konsep kolaborasi yang Anda lakukan dengan RiaMiranda kali ini?

“Sebetulnya tidak ada bentuk kolaborasi khusus, baik saya maupun Ria masih menggunakan kecenderungan yang sama dalam proses berkarya untuk saling merespon kreativitas satu sama lain. Yang spesial di sini adalah saya membuat karya seri koral warna monokrom untuk pameran kolaboratif, dalam rangka launching koleksi busananya pada 12 Oktober 2023.”

Ketika berkolaborasi dengan lini fashion, ide kreatif apa yang biasanya menjadi irisan eksplorasi bersama?

“Secara konsep, karya saya dekat dengan dunia fashion. Mungkin karena sebagian besar material karya saya adalah benang, salah satu bahan dasar produk fashion. Namun secara makro saya mencoba mengeksplorasi bentuk-bentuk baru yang memungkinkan harmonis dengan jenis-jenis produk fashion.”

Selama pengalaman berkarya kolaboratif, adakah proses kerjasama yang tak terlupakan?

“Setiap kolaborasi menarik karena tiap kolaborator punya imajinasi yang berbeda. Salah satu yang paling terasa istimewa mungkin ketika kolaborasi bersama Tulus untuk lagunya yang berjudul Hati-hati di Jalan. Lewat video musik, saya bisa melihat bagaimana karya saya menjadi ‘hidup’. Di situ saya yakin bahwa karya saya dapat berkembang lebih jauh lagi.”

Harmony (2023), Mulyana Mogus.

Karya-karya dari berbagai seri Mogus merupakan suatu proses upcycle sisa-sisa benang. Apakah sejak awal, Anda berangkat dengan visi sustainability?

“Sebagai seorang seniman tentu saja visi keberlanjutan menjadi salah satu upaya yang terus saya coba temukan. Namun praktik repurposing benang sisa merupakan bagian dari pembelajaran seiring proses berkarya selama lebih dari 10 tahun. Metode pencarian benang sisa mendorong saya berkomunikasi secara masif dengan banyak pengelola usaha menengah yang menggunakan material benang. Berangkat dari situ, saya menyatakan bahwa metode penggunaan benang sisa merupakan konsep dasar praktik partisipatoris dalam proses berkarya saya.”

Luna, (2023)

Tema dan ide apa yang Anda jadikan highlight dalam pameran di D Gallerie kali ini?

“Kolaborasi saya dengan RiaMiranda merupayakan bentuk dekonstruksi mitos berbagai hal. Saya menampilkan karya monokrom yang secara keseluruhan berwarna merah muda. Warna itu sengaja saya pilih sebagai bentuk penceritaan bahwa kepemilikannya tidak terpaku satu gender. Sebagai laki-laki, saya merasa memiliki warna merah muda sebagai praktik berkarya.”

Beberapa waktu belakangan, Anda kerap berpameran dan mengikuti residensi di luar negeri. Bagaimana membangun kerjasama dengan komunitas setempat untuk membantu pengerjaan karya Anda?

“Tidak selalu mudah karena kultur setiap daerah berbeda, apalagi terkadang terjadi kendala bahasa. Bantuan dari kurator atau pihak penyelanggara menghubungkan seniman dengan komunitas sangat berpengaruh selama proses residensi.”

Adakah seniman atau tokoh yang sangat ingin Anda ajak berkolaborasi di masa mendatang?

“Saya ingin berkolaborasi dengan seniman teater dan juga para penulis untuk mengembangkan cerita Mogus Universe, sehingga Mogus akan hidup dalam waktu yang panjang, tidak terbatas semasa saya masih hidup di dunia ini.”

Mulyana Mogus.

Kemungkinan eksplorasi apa lagi yang ingin dicoba?

“Secara bentuk mungkin tidak terlalu signifikan, saya masih memainkan Mogus sebagai alter ego dan tokoh utama karya saya. Namun saat ini saya sedang berupaya membuat irisan antara metode penciptaan konvensional dengan media seni. Saya tertarik dengan aplikasi teknologi di praktik kekaryaan. Saya juga mulai mengeksplorasi tubuh sebagai narasi, karena di tahun 2022-2023 akhirnya saya mengubah sedikit gagasan monster gurita yang awalnya berukuran kecil menjadi lebih besar (seukuran manusia) dari sana saya merasa perlu ada sentuhan teatrikal yang nantinya mungkin akan menjadi gagasan awal penciptaan pertunjukan menggunakan karya instalasi dan Mogus.”