LIFE

8 Juli 2022

Nadin Amizah Jujur Menyuarakan Isi Hati


Nadin Amizah Jujur Menyuarakan Isi Hati

Sebelum ia menghanyutkan publik dalam balada folk sajak-sajak berima puitis, sebelum empat kali penobatan Anugerah Musik Indonesia; Nadin Amizah belajar percaya pada suara sendiri.

Suara Nadin Amizah menggemakan telinga masyarakat secara luas untuk pertama kalinya pada lima tahun silam. Ketika itu, vokal merdunya tampil energik melantunkan lagu All Good yang berirama electropop karya Dipha Barus. Lagunya pecah di pasar; berkumandang di setiap siaran radio-
radio lokal dan menapaki tangga lagu hit Top 40, mengguncang panggung Djakarta Warehouse Project, hingga mengantarkan Nadin meraih penghargaan Anugerah Musik Indonesia pertamanya (lagu tersebut memenangkan piala untuk Karya Produksi Dance / Electronic Dance Terbaik di tahun 2017). “Pengalaman kolaborasi bersama Dipha Barus menjadi momentum yang menguatkan hasrat saya berkarya secara profesional di bidang musik,” ungkap Nadin; kendati ia mengakui ketertarikannya terhadap musik sesungguhnya telah ada sejak lama.

Jauh sebelum proyek kolaborasi All Good, Nadin terlebih dulu mencetak predikat sebagai penyanyi cover. Sosoknya cukup populer di media sosial lewat rekaman video dirinya yang kerap menyanyikan lagu karya musisi musisi populer. “Sedari kecil saya sudah gemar menyanyi. Saking hobinya, saya ingat pernah mengutarakan keinginan pada bunda untuk menjadi seorang penyanyi. Tetapi untuk benar- benar menjadikannya suatu karier; keyakinan itu timbul seiring saya berproses menekuni dunianya.” Sang musisi yang pernah menjadi juara tiga ajang pencarian bakat Social Media Sensation pada 2016 itu berkisah saat kami berbincang di sela pemotretan ELLE Young Talent beberapa bulan silam.

Nadin Amizah for ELLE Young Talent 2022 photography Yohan Liliyani styling Sidky Muhamadsyah fashion Peggy Hartanto makeup Archaangela Chelsea hair Aileen Kusumawardani styling assistant Annika Fathma

Tahun 2018, usai menggebrak dengan penampilan kolaboratif yang mendongkrak pamornya meroket ke pusaran kutub jagat musik Tanah Air, Nadin Amizah kembali bersuara. Melalui jalur independen di bawah label musik perseorangan miliknya, Sorai, ia ‘naik pentas’ membawa karya solo hasil menciptanya. Sebuah lagu berjudul Rumpang. Lirik sentimental tentang kehilangan yang membuat hati berat berdamai, dituturkan sendu dalam harmoni petikan gitar nan lembut dan denting piano. Suatu perbedaan besar dari tempo dinamis All Good yang mengajak berdansa. “Musik All Good sebenarnya di luar zona nyaman saya,” ia berterus terang, “Karenanya, saat kemudian tampil sendiri, saya hanya ingin memperdengarkan jati diri musik pribadi.”

Rumpang membuka prolog Nadin dalam melucuti irama EDM (Electronic Dance Music) dari perjalanan bermusiknya, dan memperkenalkan balada folk selaku melodi personanya. Tanpa ia sangka manuver untuk jujur pada identitas itu menuai apresiasi. Debut solonya dinobatkan sebagai Karya Produksi Folk/Country/Balada Terbaik oleh Anugerah Musik Indonesia pada 2019, sekaligus mengantarkan Nadin meraih gelar Pendatang Baru Terbaik di ajang tersebut.

Setelah Rumpang, kiprah Nadin Amizah kian lantang. Ia meluncurkan empat single sepanjang tahun 2019. Gaungnya berlanjut dengan merilis album perdana, yang ia beri judul Selamat Ulang Tahun, pada 2020. “Selamat Ulang Tahun dibuat ketika saya berada di periode akhir usia belasan. Berjalan menuju usia 20-an membawa saya berkontemplasi akan hal-hal di dalam hidup yang lebih penting dari sekadar romansa. Album ini merupakan bentuk penghargaan saya tentang hal tersebut,” ujar Nadin. Saya menangkap kedalaman pada intonasinya. Apa perihal substansial itu? “Orang-orang di sekitar saya yang berjasa besar membantu membentuk diri saya menjadi Nadin hari ini; keluarga dan sahabat yang—saya harap akan selamanya menerima dan mendampingi saya, tidak peduli apa pun yang terjadi,” jawabnya. Di titik ini, saya berhenti sejenak mengulik pribadi Nadin di atas panggung untuk mencoba mengenal pribadinya tanpa embel embel profesi.

Nadin Amizah for ELLE Young Talent 2022 photography Yohan Liliyani styling Sidky Muhamadsyah makeup Archaangela Chelsea hair Aileen Kusumawardani styling assistant Annika Fathma

Konon, usia 20-an merupakan titik keglamoran hidup manusia. Dunia tampak bagaikan ladang peluang yang begitu menjanjikan, dan rasa keingintahuan kita tengah berada di puncak maksimal untuk merangkul segala pengalaman yang terhampar di depan mata. “Sayangnya, saya sedikit kehilangan euforia itu,” perempuan kelahiran Bandung, 28 Mei 2000 itu tersenyum. Nadin memasuki fase usia 20-an di tengah pandemi Covid-19. Rumah menjadi pusatnya berpijak untuk kurun waktu yang cukup lama. “Saya melewatkan kesempatan mencoba hal-hal baru dan bertemu orang-orang baru. Tahu-tahu satu tahun berlalu tanpa saya merasa telah melakukan sesuatu,” ujarnya. Ia tidak sedang berbicara soal karya di sini, mengingat minialbum Kalah Bertaruh yang dirilis Mei 2021 silam telah memperkaya daftar portofolio musiknya.

“Ada masa di mana saya merasa apa yang saya lakukan sebagai musisi sebenarnya egois. Seluruh narasi musik saya bercerita tentang kehidupan serta pengalaman pribadi. Artinya, bukankah saya adalah satu-satunya orang yang diuntungkan di sini; saya dapat mencurahkan perasaan, dan kisah saya didengarkan oleh orang lain. Kalau begitu, apa kontribusi saya bagi orang lain?” Nadin berujar. Ia selalu mengagumi penulis lagu yang dapat menarasikan kisah orang lain, sementara ia merasa hanya bisa menumpahkan perasaan pribadi sebagai landasan berkarya.

“Salah satu ketakutan terbesar saya adalah menjadi tidak bermanfaat. Namun ketika menerima pesan dari orang-orang yang berkata bahwa lagu-lagu saya telah membantu mereka menyuarakan aspirasi yang tak bisa mereka ungkapkan; pesan-pesan itu benar-benar bikin hati bahagia, dan memotivasi saya untuk terus berkarya. Saya percaya, kejujuran dalam karya menciptakan musik yang lebih genuine,” pungkasnya.